Belajar Berpikir Positif

Sunday, October 21, 2007


Yah, terus terang itu yang sekarang sedang saya coba untuk lakukan. Saya selalu merindukan masa-masa kita masih menjadi anak kecil dahulu, betapa rasanya kita akan dengan polosnya berkata kita ingin menjadi presiden, ingin bisa berkeliling dunia, atau hal-hal lainnya yang rasanya begitu imajinatif. Impian-impian yang terkadang konyol, akan tetapi kita merasa seakan-akan impian itu pasti akan tercapai. Tidak peduli apa pandangan orang, tidak peduli dengan kritikan yang ada, atau bahkan tidak memikirkan apakah impian itu nantinya layak secara finansial atau tidak.

Akan tetapi perjalanan waktu seakan mengerus keyakinan-keyakinan yang sempat sangat bersemi di masa kanak-kanak itu. Ketika kita melakukan kesalahan, alih-alih kita diberikan sebuah saran yang konstruktif, malahan yang ada adalah sebuah kritikan pedas yang menghancurkan mental. Alih-alih didorong untuk maju, yang ada malahan ungkapan-ungkapan yang bernada merendahkan atau menyangsikan kemampuan kita sehingga membuat kita ragu untuk melangkah maju.

Terus terang juga, saya harus akui bahwa pertarungan untuk selalu berpikir positif bukanlah sebuah pertarungan yang mudah. Masih banyak hal di depan mata yang masih belum pasti akan seperti apa jadinya. Masih banyak kekurangan yang masih harus saya benahi. Akan tetapi, karena Allah hanya akan mengikuti persangkaan hamba-Nya, maka saat ini biarlah saya mencoba untuk terus berpikir positif, terutama akan diri saya.

Terkait dengan ini, ada point menarik yang ingin saya sharing. Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti training Effective Business Communication, dari kantor saya. Selain mempelajari teknik-teknik komunikasi yang pas dalam lingkungan bisnis, yang menarik adalah di akhir training selama 2 hari itu, masing-masing peserta diminta untuk menuliskan hal-hal yang disukainya dari peserta lainnya. Memang seh tidak semua point yang ada benar-benar tepat menggambarkan orang yang dinilainya. Akan tetapi, dari sesi ini kita diajarkan akan satu hal penting, yaitu betapa pentingnya sebuah umpan balik yang positif.

Seringkali dalam pergaulan atau bisnis, kita sangat mudah untuk memberikan komentar ketika ada kesalahan dari orang lain. Akan tetapi, di saat orang lain telah mengerjakan sesuatu dengan baik, kita lalai untuk memberikan pujian kepadanya. Sehingga yang terkesan adalah melakukan pekerjaan secara benar adalah suatu kewajaran sementara melakukan kesalahan adalah suatu hal yang sangat terlarang. Seringkali hal seperti ini bukan karena kita tidak menyukai apa yang telah dikerjakan oleh orang lain itu, akan tetapi yang terjadi adalah kita tidak terbiasa untuk memberikan pujian secara terbuka.

Memberikan pujian adalah sesuatu hal yang terkesan simple. Kita mungkin berpikiran bahwa untuk apa memberikan pujian, toh memang hal itu sudah menjadi tugasnya dan ia dibayar untuk itu. Akan tetapi, coba berpikir dari sudut pandang orang yang diberikan pujian. Sedikit pujian dari kita mungkin akan menjadi setitik embun di tengah kekeringan hati seseorang, di tengah masalah-masalah yang mungkin sedang dihadapi oleh orang itu. Dan kita tidak akan pernah tahu, betapa mungkin pujian kita itu akan menjadi sesuatu yang akan terus diingat oleh orang tersebut dan bisa menjadi sumber motivasi bagi orang tersebut untuk bergerak maju.

Jadi, sebagaimana kita ingin terus belajar berpikir positif, mengapa kita tidak mencoba membantu orang lain untuk juga tetap berpikir positif...Mungkin hal itulah yang bisa mempertahankan kita berada di jalur yang positif.

Note :

Ijinkan saya di bawah ini memposting komentar dari peserta lain tentang saya di training tersebut. Bukan untuk maksud apa-apa, hanya sekedar ikhtiar untuk mencoba tetap berpikir positif. Terima kasih untuk ini.

Yang saya suka dari kamu.....
- Jaketnya
- Sabar
- Kritis
- Namanya sama dgn nama gue....! 
- Sopan santun dan diplomatis
- Kritis
- Vokal jg loe bud
- Bijaksana
- Aktif banget
- Suaranya merdu + pinter

Before You Quit Your Job – 1rst Lesson


Judul di atas cukup provokatif bukan?!! Judul itu sebetulnya mengambil dari salah satu judul seri buku Rich Dad, karya Robert Kiyosaki. Di sana diceritakan tentang 10 pelajaran yang harus dikuasai untuk membangun sebuah bisnis besar, sebelum kita keluar dari pekerjaan kita. Berikut uraiannya. Saya coba rangkumkan, paling tidak sebagai catatan saya pribadi agar tidak hilang begitu saja termakan aliran waktu. Semoga berguna.

1. Bisnis yang berhasil diciptakan sebelum bisnis itu ada.
2. Belajar merubah nasib buruk menjadi nasib baik.
3. Mengetahui perbedaan antara tugas dan pekerjaan Anda.
4. Kesuksesan mengungkapkan kegagalan Anda.
5. Proses lebih penting daripada sasaran.
6. Jawaban terbaik ditemukan dari hati Anda…dan bukan kepala Anda.
7. Lingkup misi menentukan produk.
8. Merancang bisnis yang bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukakan oleh bisnis lain.
9. Jangan memperjuangkan tawar menawar terendah.
10. Tahu saatnya berhenti.

Untuk kesempatan saat ini, ijinkan saya merangkumkan pelajaran pertama dari buku ini.

” Bisnis yang berhasil diciptakan sebelum bisnis itu ada.”

Pelajaran kali ini lebih menekankan pada penciptaan mindset yang tepat sebelum memulai berbisnis. Pertanyaan pertama adalah apa sebetulnya karakteristik dari entrepreneur? Bagaimana seorang entrepreneur berbeda dari seorang yang bermental karyawan?

Tentu jawaban pertama yang akan muncul adalah keberanian untuk menempuh resiko. Akan tetapi, sebagaimana diuraikan di sini, karakteristik entrepreneur sejati sebetulnya adalah kreativitas dan kemampuan mencapai hal-hal melebihi kemampuan mereka. Mereka adalah ahli dalam memecahkan masalah, mengubah masalah itu menjadi properti intelektual yang berharga, kemudian mengungkit properti intelektual itu ke dalam bisnis. Mereka adalah ahli dalam menggunakan uang orang lain dan kemampuan orang lain. Mantra seorang entrepreneur adalah, ”Mari pikirkan bagaimana kita akan melakukannya,” dan tidak pernah terdengar kata-kata putus asa, ”Kami tidak dapat melakukannya,” atau ”Kami tidak mampu.”

Setelah mengetahui karakteristik seorang entrepreneur, seorang yang sedang menuju jalan kewirausahaan yang diibaratkan sebagai jalur menuju dunia liar, sebaiknya mempersiapkan diri dengan baik. Persiapan-persiapan tersebut antara lain sebagai berikut.
- Anda mulai dengan memastikan bahwa Anda memiliki cara pikir yang tepat – bahwa Anda berpikir seperti seorang entrepreneur alih-alih karyawan.
- Anda mengerjakan pekerjaan rumah Anda – mempelajari pasar, target konsumen dan pesaing Anda.
- Anda mengidentifikasi ketrampilan yang diperlukan untuk bisnis yang berhasil di pasar itu dan membangun tim kemitraan bisnis serta penasihat yang menyediakan ketrampilan yang Anda perlukan.
- Anda mengidentifikasi sejumlah keunggulan dalam persaingan dan cara Anda membuat diri Anda berbeda dalam benak calon konsumen Anda.
- Anda mengumpulkan rencana bisnis yang memetakan rute kesuksesan Anda.
- Anda meletakkan landasan hukum yang diperlukan untuk bisnis Anda.

Mindset adalah kata kunci dalam pelajaran pertama ini. Persiapan adalah kata kunci berikutnya. Seorang Robert Kiyosaki menjalani pembelajarannya terlebih dahulu di perusahaan Xerox ketika berusia 26-28 tahun sebelum memulai bisnis perdananya, yaitu dompet nylon. Tung Desem Waringin menjalani pembelajarannya yang produktif di BCA ketika berusia 25-33 tahun sebelum memutuskan terjun secara total sebagai trainer bisnis saat ini. Tentu ini bukan menjadi penghalang bagi kita untuk memulai berpindah kuadran menjadi Full TDA lebih awal. Tapi, sebelum itu pastikan bahwa mindset dan persiapan Anda telah sedia.

”Gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan.”

Salam hangat dari orang yang masih belajar,

Budi Setiawan
”Rumah Video”

Mengintip Dunia Kedokteran


Masa cuti bersama yang panjang akhirnya akan berakhir senin ini. Terus terang saya harus akui saya begitu menikmati masa cuti panjang kemarin. Aktivitas kantor diistirahatkan, kuliah diliburkan hingga semua urusan Rumah Video juga dihentikan untuk sementara. Masa-masa relaksasi kali ini memang dari awalnya ingin saya niatkan untuk berhenti sejenak dari rutinitas harian.

Masa liburan kemarin memang tidak saya isi dengan mudik. Memang biasanya keluarga kami tiap tahunnya melakukan ritual ini. Akan tetapi untuk tahun ini kami memutuskan untuk istirahat sejenak dari aktivitas ini. Yah, tahun ini kami memutuskan untuk menghindarkan diri dari sebuah kondisi yang disebut kemacetan. Kami ingin sekali menikmati kondisi Jakarta tanpa kemacetan. Jadilah akhirnya Ngawi, yang merupakan kampung halaman ayah ibu saya, untuk sementara waktu tidak dikunjungi.

Ada 2 kondisi yang sangat saya nikmati selama istirahat kemarin. Yang pertama adalah saya bisa punya waktu luang cukup banyak untuk menjalani kegemaran membaca saya. Yang kedua adalah saya jadi punya waktu lebih untuk berdekatan dengan keluarga. Beberapa hari kemarin dijalani dengan menemani ayah ibu berkunjung ke rekan-rekan mereka.

Terkait dengan dunia orangtua saya, saya harus mengakui memang beberapa tahun ke belakang saya tidak lagi terlalu intens mengikuti aktivitas rutin mereka. Padahal dahulu ketika masih tinggal di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, di masa-masa SD dan SMP, nyaris setiap hari saya pasti meluangkan waktu untuk mampir ke kantor mereka.

Tempat ibu bekerja, yaitu RSUD Banjarbaru, lokasinya berdekatan dengan SD dan SMP saya, sehingga nyaris setiap pulang sekolah saya akan mampir kesana terlebih dahulu. Sangat menyenangkan rasanya di waktu itu bisa mengamati aktivitas-aktivitas harian dokter dan perawat di sana. Juga menjadi keasyikan sendiri setiap kali menyaksikan ibu yang berprofesi sebagai dokter gigi sedang beraksi dengan kursi giginya.

Sementara itu, tempat ayah saya bekerja, yaitu BPTPH (Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura), letaknya di depan rumah dinas kami. Otomatis nyaris tiap hari saya bisa bermain di sana. Bahkan, waktu liburan pun, saya sering isi dengan bermain di halaman kantornya yang luas dan sering kali memanfaatkan fasilitas ruang komputernya yang cukup lengkap kala itu.

Yah, rasanya memang sudah lama sekali. Selepas dari Banjarbaru memang saya sudah jarang lagi menengok aktivitas harian kedua orangtua saya di kantornya. Bapak sekarang sudah pensiun dan lebih banyak di rumah. Sementara Ibu, ketika pindah ke Jakarta, tidak bisa mendapatkan penempatan di Rumah Sakit, sehingga akhirnya sekarang berkarier di Departemen Kesehatan, yang lokasinya cukup jauh dari rumah.

Oleh sebab itu, rasanya kemarin cukup menghiburkan ketika saya bisa menemani ibu berkunjung ke tempat rekan-rekannya di Departemen Kesehatan. Dimulai dari kunjungan ke Pak Ahmad Syafei yang sekarang menjabat Sekjen Depkes, orang nomer 2 setelah Bu Menkes. Beliau adalah pejabat karier tertinggi yang ada di Departemen itu. Iya karena biasanya memang jabatan di atasnya yaitu menteri sudah menjadi jabatan yang politis. Yang menarik ketika berkunjung di sini ialah pembicaraan tentang rencana beliau dan istri setelah pensiun kelak. Mereka membicarakan tentang kemungkinan untuk membuat sekolah keperawatan, beserta semua tetek bengeknya, membicarakan tentang kekurangan dunia kedokteran Indonesia saat ini, dan sebagainya. Yah, saya senang-senang saja bisa mendengarkan sesuatu yang baru seperti ini.

Kunjungan kedua adalah kunjungan ke bos langsung Ibu, yaitu Dr. Farid Husain. Beliau sekarang menjabat sebagai Dirjen Yanmedik (Pelayanan Medik). Yang menarik tentang dokter bedah ini ialah beliau kemarin salah satu dari tim inti negoisator antara RI dan GAM. Keberaniannya untuk menembus belantara Aceh untuk bertemu dengan para petinggi GAM bahkan diakui oleh mantan presiden Finlandia, Marti Ahtisaari, yang menjadi fasilitator. Lebih lengkapnya tentang kisahnya bahkan sudah dibukukan, dengan judul To See the Unseen.

Kunjungan terakhir ialah kunjungan ke Prof. Kusumanto, yang ternyata adalah pendiri Rumah Sakit Dharmawangsa. Yang menarik, keempat anaknya sendiri sebetulnya punya latar belakang pendidikan berbeda-beda, tapi akhirnya sekarang semuanya berkecimpung di dunia kedokteran. Seperti contohnya seorang anaknya yang ternyata adalah lulusan Teknik Sipil UI tahun 1985, sebelumnya sempat bekerja lama di kantor konsultan sipil, namun saat ini ikut menangani Rumah Sakit Dharmawangsa ini.

Yah, sekali lagi cukup menarik mendengarkan pembicaraan dari sebuah dunia yang berbeda. Paling tidak, saya sudah mencoba untuk tidak menjadi seperti katak yang terdiam saja dalam tempurungnya...:D

Selamat Idul Fitri 1428 H

Friday, October 12, 2007


Akhirnya senja Syawal kembali menjelang…
Semburatkan sebuah kekecewaan dan harapan…
Kekecewaan akan perginya sebuah bulan yang mulia..
Dan harapan akan diangkatnya kt menjadi manusia yang Fitri..

Wahai…
Manusia tempatnya kesalahan..
Pikiran, perkataan dan perbuatan kita tak ada yang luput darinya..
Bahkan bila manusia bisa memutar waktu..
Tetap saja belum tentu kita bisa lepas darinya..

Di kesempatan ini ijinkan hamba yang lemah ini mengucapkan

Selamat Idul Fitri 1428 H
Mohon maaf lahir dan batin

Taqobalallahu minna wa minkum
Semoga Allah menerima amal ibadah saya dan Anda.


Semoga Ramadhan bisa membuat kita menjadi manusia yang lebih baik lagi ke depannya.

Note : Picture taken from fian.blogsome.com, maaf tidak izin t'lebih dahulu

Sleepless in Asia

Saturday, October 06, 2007


Beberapa fakta-fakta di bawah bisa dijadikan sebagai peluang bagi kita.

#) 40% of people in Asia Pasific aren’t in Bed until after midnight compared to 32% of Americans and 32% of Europeans.

#) 91% of Indonesian consumers are out of bed at 7 AM and 72% at 6 AM.

#) 12% of Indonesian consumers get an average of only 5 hours sleep, with 38% getting six hours or less.

Source : AC Nielsen Survey (2005), taken from 14100 consumers across 28 countries.

Law Of Attraction Andrea Hirata


Kamis kemarin, saya menyempatkan diri untuk menonton Talk Show Kick Andy di MetroTV, dimana disana ditampilkan sosok Andrea Hirata sebagai narasumber utamanya. Yang menarik, pada talkshow kali ini selain sosok penulis best seller ini, juga ditampilkan beberapa penulis kawakan lainnya yang diminta untuk memberikan review untuk buku Laskar Pelangi karangan Andrea. Salah satunya yang cukup kondang adalah penulis kawakan buku-buku motivasi, Gede Prama.

Hal lainnya yang cukup menarik adalah di talkshow ini akhirnya kita bisa melihat sosok-sosok personel Laskar Pelangi dan juga sosok Ibu Muslimah, pengajar SD Muhammadiyah, yang menjadi inspirasi utama penulisan buku ini. Sebagai gambaran, Laskar Pelangi terdiri dari 10 personel yang dikisahkan harus bersekolah dengan kondisi seadanya di pedalaman pulau Belitong. SD Muhammadiyah tempat mereka bersekolah bahkan sebelumnya nyaris ditutup karena tidak memenuhi kuota murid sebanyak 10 orang bila saja pada detik-detik akhir pendaftaran murid tidak muncul seorang personel tambahan yang dikisahkan memiliki keterbelakangan mental. Ibu Muslimah sendiri adalah satu-satunya pengajar di sana yang sudah mengajar dari usia 15 tahun dan dengan bayaran yang minim. Konon, Ia digaji dengan besaran Rp 2000 hingga terakhir Rp 17.500 sebulan. Walau demikian, hal ini tidak menjadi halangan untuk beliau untuk mengajar dengan sepenuh hati.

Perjuangan Bu Muslimah dalam mendidik Laskar Pelangi inilah yang membuat sosok Andrea Hirata dalam hati berjanji untuk mempersembahkan sebuah buku kepadanya kelak sebagai sebuah tanda kasih. Karena itu pula, di awalnya buku Laskar Pelangi sendiri sebenarnya tadinya tidak dimaksudkan untuk dikomersiilkan. Akan tetapi, saat itu rupanya ada salah satu dari rekan Andrea yang kemudian memberikan kopiannya kepada penerbit Bentang Budaya, dan kemudian setelah diterbitkan ternyata buku ini harus dicetak ulang lagi setelah 10 hari. Dan ini yang kemudian menjadi awal diterbitkannya seri-seri lanjutannya, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov.

Satu lagi yang menarik dari kisah Andrea Hirata adalah ternyata konsep Law Of Attraction juga ikut berlaku untuk perjalanan hidupnya. Salah satu guru SMUnya di Belitong pernah berujar di depan kelas kepada Andrea dan kawan-kawannya untuk suatu saat bisa bersekolah di Sorbonne, Perancis dan untuk suatu saat mengelilingi Eropa dan Afrika. Hal seperti ini bukanlah sesuatu yang gampang dibayangkan untuk ukuran siswa-siswa sekolah pedalaman. Akan tetapi, ucapan ini kemudian menjadi pemicu seorang Andrea Hirata untuk kemudian merantau ke Jakarta.

Perjalanan selanjutnya juga bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. Setelah sempat terdampar di daerah Bogor dan kemudian menjadi penjaga fotokopi di daerah kampus IPB, Andrea sempat merasakan menjadi tenaga salesman selama 1 bulan untuk kemudian dipecat, dan juga menjadi tenaga sortir surat di Kantor Pos. Akan tetapi tekad yang keras jualah yang menyebabkan Ia bisa mendapatkan beasiswa di Fakultas Ekonomi UI. Langkah selanjutnya yang cukup mengagumkan ialah perjuangannya untuk mendapatkan beasiswa S2.

Lima belas yang diterima dari ribuan pelamar bukanlah kemungkinan yang besar. Selain itu, kemungkinan penempatan pun sangat luas, karena beasiswa diberikan oleh Uni Eropa, maka penempatan bisa dilakukan mulai dari ujung barat Skotlandia hingga ujung timur Rusia. Dan memang secara menakjubkan, Andrea berhasil diterima, dengan tempat studi di Univesite de Paris, Sorbonne, Perancis,tepat seperti yang sudah diimpikannya dari SMU. Dari sini, langkah selanjutnya untuk mengelilingi Eropa dan Afrika berhasil dilakukan, tentu tetap dengan penuh perjuangan. Secara lengkap, kisahnya ini bisa dibaca di seri kedua dan ketiga bukunya, Sang Pemimpi dan Edensor.

Terakhir, suatu yang getir mendengarkan ujaran Andrea tentang apa yang menjadi motivasi utamanya untuk sukses melewati itu semua. Ia berujar, bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah pembalasan dendam akan nasib tragis yang diderita teman akrabnya di kala SD, Lintang, yang walaupun sangat cemerlang di sekolah, terpaksa harus meninggalkan bangku sekolah karena kematian ayahnya, dan akhirnya terpaksa kembali menjadi kuli untuk menghidupi keluarganya.

Suatu tekad dan keyakinan yang kuat dari seorang Andrea Hirata sekali lagi menjadi contoh yang inspiratif. Ketika WHY yang ada cukup kuat, maka HOW akan mengikuti. Inilah rahasia (The Secret) yang membuat mengapa sebagian orang di dunia mengalami kesuksesan dan sebagian lainnya menjadi pecundang. Semoga bisa menjadi pelajaran.

Salam,

Budi Setiawan
"Rumah Video"

Note :

Saya baru menyadari kalau selama ini saya salah menuliskan nama Andrea Hirata di postingan-postingan sebelumnya. Saya menulisnya dengan nama Andrea Hinata. Pantas saja ketika saya mencoba Googling dengan Keyword Andrea Hinata, blog ini jadi situs pertama yang muncul. Ternyata......:D

Mimpi Entrepreneur


Menarik menyimak uraian Ciputra di Kompas Sabtu.

Saat ini, setiap tahunnya jumlah lulusan perguruan tinggi semakin banyak, akan tetapi jumlah lapangan kerja yang tersedia terbatas. Imbasnya, jumlah pengangguran masih tinggi. Ia berujar seharusnya setiap orang memulai berupaya untuk membuka lapangan pekerjaan, minimal untuk dirinya sendiri.

Ia berkata, “Bayangkan! Negeri yang begitu kaya dengan sumber daya alam ini hanya memiliki 0,18 persen entrepreneurr. Itu artinya hanya sekitar 400.000 orang !” Ia bermimpi minimal jumlah entrepreneur di Indonesia bisa meningkat menjadi 2 persen.

Semoga termotivasi.

Hati-Hati di Kala Mudik


Sepertinya memang benar sebuah kata-kata bijak yang sering didengar dari Om Napi di salah satu program TV Swasta, bahwa kejahatan tidak cuma bisa terjadi karena adanya niat dari pelaku, akan tetapi juga karena adanya kesempatan. Dan ternyata yang namanya kesempatan tidak pandang bulu mau datang kapan. Ia bisa jadi datang pada saat kondisi sibuk atau sepi, atau datang di saat bulan biasa atau bulan suci. Nah, bicara soal kejahatan dan kesempatan, ternyata Ramadhan, bahkan periode 10 hari terakhirnya belum bisa menghilangkan tindak kejahatan ini 100%.

Terkait ini, saya ingin sekedar sharing pengalaman yang saya alami Kamis kemarin.

Kamis pagi, sepulang dari i’tikaf di Masjid At Tin, saya dikejutkan dengan perkataan Bapak bahwa malamnya ada maling yang mencoba untuk membobol mobil yang ada di halaman. Bahkan dikatakan, orang sekampung sempat ramai dan polisi sempat menyamperin ke rumah gara-gara maling itu. Untungnya, Alhamdulillah sang maling belum sempat mengambil apa-apa karena sudah keburu kepergok.

Sebenarnya terkait dengan ini, kami sudah mencoba untuk mengantisipasinya. Salah satunya dengan memasang kawat di sekeliling rumah dan membangun garasi. Selain itu, di dekat rumah juga baru saja dibangun Poskamling baru untuk memperketat keamanan. Akan tetapi, ternyata hal itu tidak menyurutkan niat sang pencuri untuk ber’ikhtiar’ mencoba membobol mobil.

Sekali lagi, Alhamdulillah, alarm mobil masih cukup pakem dan saat kejadian ada polisi yang melewati rumah, sehingga pencuri tidak sempat mengambil apa-apa. Akan tetapi, kejadian pencurian sendiri sebetulnya baru 2 bulan lalu terjadi di rumah tetangga di depan. Mobil Avanzanya yang diparkir di halaman hilang dicuri maling. Sang maling bahkan sempat mengambil kunci mobil di rumah sebelum menggondol mobil tersebut.

Ini hanya sekedar sharing saja. Yang pasti, memang kriminalitas belum bisa sembuh 100% di negeri tercinta kita ini. Momen puasa dan menjelang Lebaran, terbukti bukan menjadi penghalang untuk tidak berbuat kejahatan. Bagi teman-teman yang ingin mudik, mungkin ada baiknya apabila tidak meninggalkan rumahnya begitu saja. Kalau bisa tetap ada yang bisa menempati untuk sementara, bila perlu dititipkan saja pada tetangga sebelah rumah. Jangan lupa untuk mengamankan barang-barang berharga yang ada.

Semoga informasi ini berguna. Selamat mudik.

Salam Hangat,

Budi Setiawan
"Rumah Video"

Menangislah Untuk Ramadhan Yang Kan Hilang

Wednesday, October 03, 2007


Nak, menangislah,

Jika itu bisa melapangkan gundah yang mengganjal sanubarimu. Bahwa Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan. Dan tadarus quranmu tak juga beranjak pada juz empat.jika itu adalah ungkapan penyesalanmu. jika itu merupakan awal tekadmu untuk menyempurnakan tarawih dan qiyamul lailmu yang centang perenang (ah, pasti kamu masih ingat obrolan tadi siang ketika dengan senyum manisnya teman ruanganmu berucap, "alhamdulillah tarawihku belum bolong. " dan kamu merasa ada malaikat yang menjauh darimu dan pindah padanya. Kamu merasa sendiri, terasing.)

Menangislah,

Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir. Bahwa ada satu hamba Allah yang bodoh, lalai, sombong lagi terlena. Yang katanya berdoa sejak dua bulan sebelum ramadhan, yang katanya berlatih puasa semenjak rajab, yang katanya rajin mengikuti taklim tarhib ramadhan, tapi..., tapi sampai puasa hari ke dua puluh satu masih juga menggunjingkan kekhilafan teman ruanganmu, masih juga tak bisa menahan ucapan dari kesia-siaan, tak juga menambah ibadah sunnah... Bahkan hampir terlewat menunaikan yang wajib.

Menangislah, lebih keras...

Allah tak menjanjikan apa-apa untuk Ramadhan tahun depan, apakah kamu masih disertakan, sedangkan Ramadhan sekarang cuma tersisa kurang dari sepuluh hari. Tak ada yang dapat menjamin usiamu sampai untuk Ramadhan besok, sedang Ramadhan ini tersia-siakan. Menangislah untuk Ramadhan yang kan hilang, bersama nostalgia yang terus tumbuh bersama usiamu. Setengah sadar menatap hidangan saat sahur, kolak-es buah yang tersaji saat berbuka, menyusuri gang sempit saat tadarus keliling, petasan dan kembang api yang disulut usai subuh. Ramadhan yang selalu membuka ingatan masa kecilmu dan terus terulang mengisi tahun-tahun kedewasaan.. .

Menangislah,

Untuk dosa-dosa yang belum juga diampuni, tapi kamu masih juga menambahi dengan dosa baru. Berapa kali kamu sholat taubat, tetapi tak lama kemudian ada saja kelalaian yang kamu buat? Kamu bilang tak sengaja? Tapi mengapa berulang dan tak juga kamu mengambil pelajaran? Syarat taubatan nasuha adalah bertekad tidak mengulanginya lagi dan bukannya bertobat sambil berucap 'kalau kejadian lagi, yaa taubat lagi'...

Menangislah.

Dan tuntaskan semuanya di sini, malam ini. Karena besok waktu akan bergerak makin cepat, Ramadhan semakin berlari. Tahu-tahu sudah sepuluh hari terakhir dan kamu belum bersiap untuk itikaf. Dan lembar-lembar quran menunggu untuk dikhatamkan. Dan keping-lembar mata uang menunggu disalurkan. Dan malam menunggu dihiasi sholat tambahan.

Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali...

Source : Abdul Rozak, eramuslim.com

Showreel Rumah Video

Testimonial tentang Audio Visual



Abu Sangkan – Trainer “Shalat Khusyu”
“Peran media audio visual sangat efektif dalam penyampaian da’wah-da’wah saya.”

Adha Muawiyah – Line Producer “Sinemart”
“ Video Company Profile sangat efektif dan efisien untuk memperkenalkan citra perusahaan kita lebih cepat. Klien maupun investor dapat lebih jelas mengetahui apa yang dia inginkan atau tuju pada perusahaan kita.”

Wuryanano – CEO PT Swastika Prima International, Direktur Lembaga Pendidikan Profesi SWASTIKA PRIMA Community College, Founder Super Mind Power Training, Penulis Buku Best Seller
“Dengan memiliki perangkat bisnis pada media Audio Visual ini, maka akan semakin meningkatkan performa bisnis dan perusahaan kita. Produk dan jasa kita pasti semakin bagus dalam pelayanan dan kualitasnya.”

Hidayatullah – Direktur PT Selaras Inti Prima Indonesia
“Media audio visual yang sangat efektif dalam membantu kinerja marketing kami, serta menjadi added value tersendiri untuk perusahaan kami.”

Note :
Alhamdulillah, materi untuk casing CD Showreel Rumah Video sudah selesai. CD ini sendiri berisikan portofolio produk-produk yang pernah kami hasilkan, mulai dari Video dokumentasi, Video profile, CD interaktif, Website, Clip&Commercial, Video Promo.Semoga bisa menjadi salah satu wahana untuk beramal lebih bagi kami. Terima kasih sebesar-besarnya kami haturkan untuk semua pihak yang dengan sukarela telah memberikan testimonialnya. Hanya Allah jualah yang bisa membalas-Nya.