Dalam beberapa minggu terakhir ini, percakapan model warung kopi teman-teman di kantor tidak jauh dari sumpah serapah akan hilangnya tayangan Liga Inggris dari Trans7 dan bahkan, Indovision dikarenakan hak penyiarannya dimonopoli oleh operator TV berlangganan baru dari Malaysia, Astro. Beberapa teman memang telah beberapa lama berlangganan televisi kabel Indovision. Bisa dimaklumi bilamana mereka sangat kecewa-bahkan mungkin lebih kecewa dibandingkan dengan mereka yang biasa menonton Trans7 yang “gratis”an-ketika ternyata tayangan Liga Inggris juga ikut hilang dari layar kaca mereka.
Ada beberapa isu sebenarnya yang mengemuka di sini. Yang pertama, bagi mereka yang terbiasa dengan tontonan sepakbola Liga-Liga Eropa secara gratis, akan berkomentar bahwa sepakbola ternyata hanya diperuntukkan untuk segelintir orang-orang kaya saja, sementara nasib orang miskin sangatlah menyedihkan, bahkan untuk menonton sepakbola saja susah. Terkait dengan ini, sebenarnya trend di luar negeri sendiri, khususnya di AS dan Eropa, konsep pay TV menjadi sedang booming-boomingnya. Hanya saja, praktik seperti ini banyak dinilai oleh pengamat bertentangan dengan hak-hak penduduk negara berkembang terutama untuk mendapatkan akses kepada informasi dan pengetahuan.
Sampai titik ini, sebenarnya masyarakat Indonesia akhirnya terkesan nerimo. Walaupun YLKI sendiri telah menggarisbawahi bahwa masyarakat bisa saja mengajukan keberatan ke pemerintah dan lembaga penyiaran yang bersangkutan, mayoritas masyarakat kesulitan untuk sekedar menyalahkan Astro begitu saja. Teman-teman kantor yang biasa menonton Liga Inggris di Trans7 pun akhirnya hanya pasrah begitu saja dan bersiap-siap untuk lebih mencoba menikmati tayangan Liga lain, seperti Liga Italia dan Spanyol.
Yang menarik adalah respon dari teman-teman yang telah berlangganan jasa TV berbayar lainnya, khususnya Indovision. Di musim sebelumnya, hak siar eksklusif Liga Inggris dipegang secara bersamaan oleh 5 televisi berbayar di Indonesia, termasuk Indovision dan Kabelvision. Sekedar info, hak siar penuh Liga Inggris di negeri asalnya dipegang oleh stasiun televisi ESPN dan Star Sport, yang notabene termasuk dalam paket program yang ditawarkan oleh Indovision. Hingga detik terakhir, banyak teman-teman yang berharap bahwa dipegangnya hak penyiaran oleh Astro tidak merubah kenyamanan mereka untuk menontonnya via ESPN dan Star Sport di Indovision dan Kabelvision.
Akan tetapi, ternyata keajaiban tidak terjadi. ESPN dan StarSport memang masih bisa diakses oleh pelanggan operator di atas. Hanya saja, ketika jam Liga Inggris ditayangkan, yang muncul di layar kaca kedua program itu adalah program olahraga lain. Ini yang akhirnya memicu komplain besar-besaran dari para pelanggan operator Pay TV di Indonesia.
Pihak operator sendiri ternyata hingga hari-H dimulainya Liga Inggris, tidak mengetahui bahwa pertandingan Liga Inggris tidak akan bisa ditayangkan. Pihak Astro pun di awal terkesan tidak ingin memblow up dalam bentuk promosi-promosi yang berlebihan. Mereka terkesan tawadhu dengan keberhasilan mereka merebut hak istimewa ini.
Yang pasti sekarang, tema pembicaraan teman-teman sudah mulai beranjak menjadi kutukan-kutukan kepada Astro akan lambannya waktu yang dibutuhkan untuk instalasi awal TV ini. Ini dikarenakan sejak menayangkan siaran langsung Liga Inggris ini, permintaan menjadi pelanggan Astro melonjak drastis, hingga overload. Sumpah serapah akhirnya semakin menjadi-jadi ketika teman-teman hanya bisa melihat tim sekaliber MU terseok-seok di putaran awal liga, tanpa bisa mendukung dengan sekedar menontonnya.
Lantas bagaimana dengan saya? Saya memang tergolong penggila bola. Namun, saya cukup realistis dengan melihat pendapatan saya sekarang untuk tidak menghabiskan 200 ribu sebulan hanya untuk sebuah tayangan bola. Yang pasti saya akan sangat kehilangan aksi Liverpool dengan bintang barunya seperti Fernando Torres dan Ryan Babel. Akan tetapi, saya mungkin akan mencoba untuk memuaskan diri saya dengan tim seperti AC Milan yang masih akan bisa dinikmati di layar kaca secara gratis. Hmm, bukankah segala sesuatu yang gratis itu nikmat...
Tentang Liga Inggris
Tuesday, August 21, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Showreel Rumah Video
Testimonial tentang Audio Visual
Abu Sangkan – Trainer “Shalat Khusyu”
“Peran media audio visual sangat efektif dalam penyampaian da’wah-da’wah saya.”
Adha Muawiyah – Line Producer “Sinemart”
“ Video Company Profile sangat efektif dan efisien untuk memperkenalkan citra perusahaan kita lebih cepat. Klien maupun investor dapat lebih jelas mengetahui apa yang dia inginkan atau tuju pada perusahaan kita.”
Wuryanano – CEO PT Swastika Prima International, Direktur Lembaga Pendidikan Profesi SWASTIKA PRIMA Community College, Founder Super Mind Power Training, Penulis Buku Best Seller
“Dengan memiliki perangkat bisnis pada media Audio Visual ini, maka akan semakin meningkatkan performa bisnis dan perusahaan kita. Produk dan jasa kita pasti semakin bagus dalam pelayanan dan kualitasnya.”
Hidayatullah – Direktur PT Selaras Inti Prima Indonesia
“Media audio visual yang sangat efektif dalam membantu kinerja marketing kami, serta menjadi added value tersendiri untuk perusahaan kami.”
Note :
Alhamdulillah, materi untuk casing CD Showreel Rumah Video sudah selesai. CD ini sendiri berisikan portofolio produk-produk yang pernah kami hasilkan, mulai dari Video dokumentasi, Video profile, CD interaktif, Website, Clip&Commercial, Video Promo.Semoga bisa menjadi salah satu wahana untuk beramal lebih bagi kami. Terima kasih sebesar-besarnya kami haturkan untuk semua pihak yang dengan sukarela telah memberikan testimonialnya. Hanya Allah jualah yang bisa membalas-Nya.
0 comments:
Post a Comment