Kepandaian Yang Membelenggu (Review Blog P'Roni)

Wednesday, August 22, 2007

Menarik melihat postingan terakhir dari Pak Roni, sang komandan TDA, yang bisa dilihat di link berikut.

http://www.roniyuzirman.com

Terus terang postingan ini juga menjadi motivasi yang mendorong bagi saya. Di dalam postingan ini diceritakan bagaimana seorang Chris yang saat kuliahnya terbilang bukan mahasiswa yang pintar ternyata karena keterbukaannya dalam menerima pendapat dan saran dari orang lain kini menjadi orang yang lebih sukses dibandingkan dengan Miles yang tertutup.

Bicara tentang keterbukaan, saya harus akui bahwa saya sebetulnya bukan orang yang terbuka. Saya ingin menjadi orang yang lebih terbuka, tapi sejauh ini saya masih dalam proses untuk ke arah sana. Sebagai contoh, dari dahulu saya terus menerus menunda waktu untuk menulis blog atau bahkan sekedar posting di milis Tangan Di atas dikarenakan saya merasa tidak enak karena belum memiliki bisnis yang bisa saya sharing. Padahal, saya sebetulnya bisa saja memanfaatkan wadah ini sebagai sarana untuk silaturahim lebih lanjut dan bisa juga untuk meminta saran akan bisnis yang cocok bagi saya. Akan tetapi, saya ternyata lebih suka untuk menyimpannya di hati dan mencoba mencari sendiri.

Alhamdulillah akhirnya memang saya bertemu dengan bisnis yang cocok dengan saya, yang kebetulan masih ada hubungannya dengan jurusan yang saya ambil di perkuliahan, yaitu bisnis audio visual. Selain itu, satu hal juga yang menghalangi saya untuk bisa banyak berkontribusi baik itu di milis maupun di blog adalah ketidakpercayaan diri saya mengingat rekan-rekan lain yang saya hadapi rata2 sudah mempunyai pengalaman, usia dan cerita sukses yang bervariasi.

Selain masalah keterbukaan, saya harus akui bahwa postingan tersebut sedikit banyak menyentil gelar yang sekarang sedang saya coba ambil, yaitu S2 MM. Saya memang tidak pernah menganggap bahwa gelar adalah segalanya. Saya berpandangan bahwa sukses tidaknya seseorang merupakan hasil dari kekuatan karakternya. Banyak contoh orang yang prestasi akademisnya biasa dan tidak tamat S1 malah sekarang menjadi milyarder. Sebagai contoh, Bill Gates atau Purdi Chandra.

Ada beberapa alasan yang mendorong saya untuk mengambil S2 tempo hari. Insya Allah, saya akan sharing di kemudian hari. Yang pasti, saat ini harapan saya adalah gelar ini nantinya bukanlah menjadi penghalang bagi saya untuk bisa maju lebih lanjut dan malahan ia akan menjadi pendorong bagi saya untuk berkembang ke depannya. Pun, masalah keterbukaan. Semoga sharing ini bisa menjadi awal yang baik untuk keterbukaan yang ingin coba saya bangun ke depannya. Mohon masukan dan kritik dari teman-teman semua untuk perjalanan panjang kita ke depannya.

Andakah Pengangguran Terselubung itu???

Tuesday, August 21, 2007

Berdasarkan data Laporan Bank Indonesia 2006, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia sedikit menurun dari 11,2% pada 2005 menjadi 10,3% pada 2006. Jumlah ini masih relatif lebih besar bila dibandingkan dengan periode sebelum krisis, yang rata-rata sebesar 5,5%. Di sisi lain, persentase sebesar di atas hanya menghitung jumlah pengangguran terbuka, yang berarti tenaga kerja yang benar-benar tidak memiliki pekerjaan, sementara jenis pengangguran lain yang disebut dengan pengangguran terselubung tidak ikut dihitung.

Berbicara masalah pengangguran terselubung, ada yang mengatakan bahwa pengangguran terselubung memiliki arti orang yang bekerja namun kapasitas pekerjaan yang di lakukannya di bawah 25% dari jumlah efektif waktu jam kantor. Dengan asumsi jumlah efektif jam kantor rata-rata adalah 8 jam, berarti waktu pengangguran terselubung melakukan pekerjaannya adalah 2 jam.

Nah, pengangguran terselubung ini lah yang jumlahnya disebut-sebut sangat besar. Dia bisa jadi berada tidak jauh dari Anda, mungkin dia adalah teman sekantor Anda, teman yang berada di samping Anda atau malah Anda sendiri.

Bicara masalah ini, saya harus akui bahwa selama kurang lebih 1 minggu ini saya bisa dikategorikan sebagai pengangguran terselubung. Kenapa demikian?
Sekedar gambaran, saya saat ini masih bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi yang sistem kerjanya berdasarkan atas project. Berdasarkan teori perilaku organisasi, sistem organisasi yang seperti ini menganut sistem Matrix. Sistem Matrix memiliki arti selain karyawan secara struktural berada di bawah naungan satu Departemen yang dikepalai oleh satu orang Line Manager, ia juga berada di bawah kendali minimal satu project yang diketuai oleh satu Project Manager.

Pada sistem ini, baik project maupun departemen memiliki cost centre. Akan tetapi cost centre yang biasanya diperuntukkan untuk karyawan adalah cost centre dari project. Nantinya masing-masing karyawan diminta untuk secara rutin meng-update jam kerja berikut aktivitas kerjanya sehari-hari di dalam satu Network Number yang nantinya akan di-charge ke Cost Centre.

Well, hard to say, tapi sudah semenjak 1 mingguan ini pasca saya direleased salah satu project, saya belum lagi menghandle project lagi. Otomatis saya belum lagi mempunyai NN untuk meng-charge pekerjaan saya di kantor. Jadi, dengan berat hati saya harus mengakui kalau akhirnya saya terpaksa harus menambah statistik pengangguran yang ada di Indonesia, paling tidak selama 1 minggu kemarin...sory sory Pak SBY...:(

Sebenarnya saya ingin mengatakan bahwa untuk melihat apakah Anda termasuk penggangguran terselubung atau tidak, bisa dilihat dari jumlah postingannya dan jam komentar di tiap blog. Akan tetapi analogi seperi ini sebetulnya hanya cocok diterapkan untuk mereka-mereka - yang berdasarkan definisi yang telah kita sepakati – tergolong TDB. Sementara mereka yang tergolong Amfibi atau malah full TDA, bisa jadi postingan di blog adalah termasuk bagian dari strategi bisnis.

Selain itu, definisi pengangguran terselubung yang mengatakan bahwa kapasitas pekerjaan yang di lakukannya di bawah 25% dari jumlah efektif waktu jam kantor atau malah definisi lainnya yang mengatakan bahwa ia adalah orang yang bekerja di bawah 35 jam seminggu juga tidak cocok untuk ditasbihkan kepada sosok yang sudah menjadi TDA. Karena bisa jadi walaupun terlihat sepertinya orangnya tidak bekerja, akan tetapi sistem yang dibuatnya sebenarnya masih bekerja.

Oleh karena itu, berbahagialah mereka-mereka yang sudah TDA, karena otomatis ia tidak akan ikut-ikutan menambah statistik pengangguran yang ada di Indonesia. Bahkan, yang pasti, sosok-sosok seperti inilah yang akan membantu mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Indonesia. Amin.

Tentang Liga Inggris

Dalam beberapa minggu terakhir ini, percakapan model warung kopi teman-teman di kantor tidak jauh dari sumpah serapah akan hilangnya tayangan Liga Inggris dari Trans7 dan bahkan, Indovision dikarenakan hak penyiarannya dimonopoli oleh operator TV berlangganan baru dari Malaysia, Astro. Beberapa teman memang telah beberapa lama berlangganan televisi kabel Indovision. Bisa dimaklumi bilamana mereka sangat kecewa-bahkan mungkin lebih kecewa dibandingkan dengan mereka yang biasa menonton Trans7 yang “gratis”an-ketika ternyata tayangan Liga Inggris juga ikut hilang dari layar kaca mereka.

Ada beberapa isu sebenarnya yang mengemuka di sini. Yang pertama, bagi mereka yang terbiasa dengan tontonan sepakbola Liga-Liga Eropa secara gratis, akan berkomentar bahwa sepakbola ternyata hanya diperuntukkan untuk segelintir orang-orang kaya saja, sementara nasib orang miskin sangatlah menyedihkan, bahkan untuk menonton sepakbola saja susah. Terkait dengan ini, sebenarnya trend di luar negeri sendiri, khususnya di AS dan Eropa, konsep pay TV menjadi sedang booming-boomingnya. Hanya saja, praktik seperti ini banyak dinilai oleh pengamat bertentangan dengan hak-hak penduduk negara berkembang terutama untuk mendapatkan akses kepada informasi dan pengetahuan.

Sampai titik ini, sebenarnya masyarakat Indonesia akhirnya terkesan nerimo. Walaupun YLKI sendiri telah menggarisbawahi bahwa masyarakat bisa saja mengajukan keberatan ke pemerintah dan lembaga penyiaran yang bersangkutan, mayoritas masyarakat kesulitan untuk sekedar menyalahkan Astro begitu saja. Teman-teman kantor yang biasa menonton Liga Inggris di Trans7 pun akhirnya hanya pasrah begitu saja dan bersiap-siap untuk lebih mencoba menikmati tayangan Liga lain, seperti Liga Italia dan Spanyol.

Yang menarik adalah respon dari teman-teman yang telah berlangganan jasa TV berbayar lainnya, khususnya Indovision. Di musim sebelumnya, hak siar eksklusif Liga Inggris dipegang secara bersamaan oleh 5 televisi berbayar di Indonesia, termasuk Indovision dan Kabelvision. Sekedar info, hak siar penuh Liga Inggris di negeri asalnya dipegang oleh stasiun televisi ESPN dan Star Sport, yang notabene termasuk dalam paket program yang ditawarkan oleh Indovision. Hingga detik terakhir, banyak teman-teman yang berharap bahwa dipegangnya hak penyiaran oleh Astro tidak merubah kenyamanan mereka untuk menontonnya via ESPN dan Star Sport di Indovision dan Kabelvision.

Akan tetapi, ternyata keajaiban tidak terjadi. ESPN dan StarSport memang masih bisa diakses oleh pelanggan operator di atas. Hanya saja, ketika jam Liga Inggris ditayangkan, yang muncul di layar kaca kedua program itu adalah program olahraga lain. Ini yang akhirnya memicu komplain besar-besaran dari para pelanggan operator Pay TV di Indonesia.

Pihak operator sendiri ternyata hingga hari-H dimulainya Liga Inggris, tidak mengetahui bahwa pertandingan Liga Inggris tidak akan bisa ditayangkan. Pihak Astro pun di awal terkesan tidak ingin memblow up dalam bentuk promosi-promosi yang berlebihan. Mereka terkesan tawadhu dengan keberhasilan mereka merebut hak istimewa ini.

Yang pasti sekarang, tema pembicaraan teman-teman sudah mulai beranjak menjadi kutukan-kutukan kepada Astro akan lambannya waktu yang dibutuhkan untuk instalasi awal TV ini. Ini dikarenakan sejak menayangkan siaran langsung Liga Inggris ini, permintaan menjadi pelanggan Astro melonjak drastis, hingga overload. Sumpah serapah akhirnya semakin menjadi-jadi ketika teman-teman hanya bisa melihat tim sekaliber MU terseok-seok di putaran awal liga, tanpa bisa mendukung dengan sekedar menontonnya.

Lantas bagaimana dengan saya? Saya memang tergolong penggila bola. Namun, saya cukup realistis dengan melihat pendapatan saya sekarang untuk tidak menghabiskan 200 ribu sebulan hanya untuk sebuah tayangan bola. Yang pasti saya akan sangat kehilangan aksi Liverpool dengan bintang barunya seperti Fernando Torres dan Ryan Babel. Akan tetapi, saya mungkin akan mencoba untuk memuaskan diri saya dengan tim seperti AC Milan yang masih akan bisa dinikmati di layar kaca secara gratis. Hmm, bukankah segala sesuatu yang gratis itu nikmat...

It’s Not [Just] About the Money

Alhamdulillah....akhirnya rencana saya untuk memulai berbisnis di tahun 2007 ini bisa kesampaian juga. Insya Allah ceritanya akan menyusul. Untuk saat ini, saya ingin merenungi kembali apa yang sebenarnya menjadi alasan saya untuk memulai berbisnis, walaupun kecil-kecilan.

Teman-teman boleh membacanya di sini.

http://iniboedi.blogs.friendster.com/kuhanyaseorangpengembara

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.30 WIB. Seperti halnya peserta yang mayoritas adalah ibu-ibu, semua panitia juga sudah mulai menampakkan kegelisahannya. Kali ini sosok bernama Adang Dorodjatun menjadi sumber penantian.

Acara kali itu bertajuk penyuluhan narkoba. Pembicara utama ialah Wakapolri Adang Dorodjatun, didampingi oleh Kapolsek Pasar Minggu dan alim ulama setempat. Peserta yang hadir kebanyakan ialah ibu-ibu yang berasal dari Kebagusan dan sekitarnya. Penyelenggaranya ialah salah satu ormas pemuda lokal di daerah Pasar Minggu. Lokasi acara yaitu markas salah satu majalah gaya hidup di bilangan Kebagusan.

Well, aku ada di sana saat itu. Detik itu berarti acara telah berlangsung selama 2 jam lamanya. Detik yang sama dengan ketika sebuah celotehan setengah becanda dari seorang rekanku mencoba memecah suasana.

Jika ingin kaya, maka jadilah artis, pengusaha atau penguasa [politikus-red].

Hmm...aku harus akui sosok figur pelontar wacana itu sebenarnya belum mempunyai legitimasi yang cukup untuk berbicara seperti itu. Akan tetapi, jika melihat keuletannya selama ini dalam membangun usahanya, mau tidak mau aku harus acungi jempol. Melihat betapa ia sempat jatuh dalam kubangan utang kala merintis usaha lembaga kursusnya. Juga ketika melihat betapa ia kini sudah mulai bisa mengembangkan aset usahanya yang baru di bidang video profile.

Memang ia belum bisa dikatakan sukses atau kaya. Akan tetapi, paling tidak ia sudah merintis langkah awal menuju kesana. Terus terang, umurku saat ini 23 tahun, yang untuk kebanyakan orang dianggap masih muda. Akan tetapi, rekanku yang satu ini ialah juniorku di SMU yang notabene lebih muda dariku. So, dengan semua pertimbangan itu sepertinya ucapannya tidak bisa diabaikan begitu saja.

Kembali ke celotehannya itu. Well, untuk menjadi artis rasanya aku tidak mempunyai kemampuan, atau lebih tepatnya sebetulnya kemauan. Hmm...penguasa, sebetulnya ungkapan ini lebih bernada satir. Aku tahu sebagai fungsionaris salah satu parpol yang sangat mengutamakan moral, rekanku ini sudah tahu betapa menjadi tokoh politik via parpol itu bukanlah jalan menuju kekayaan materi. Akan tetapi ungkapan itu memang menemui tempat yang nyata jika melihat perilaku kebanyakan elit politik yang ada saat ini.

Lalu pengusaha? Aku tahu itu point yang ingin dia sampaikan. Point yang sebetulnya sudah lama menjadi keinginanku. Sebuah keinginan yang untuk beberapa alasan, masih menemukan jalan penundaan akan realisasinya, bahkan seringkali terlupakan oleh urusan-urusan yang lain. Malam itu sepertinya aku menemui kesempatan lagi untuk mulai memikirkan lagi keinginanku ini.

Memikirkan tentang ini mengingatkanku lagi pada sosok seorang dengan inisial UH, yang telah bersedia meminjamkan kantor majalahnya untuk acara penyuluhan narkoba ini. Tidak cukup dengan itu, ia bahkan menyediakan jamuan khusus makan malam untuk Adang selepas acara. Terlepas dari motivasi yang ada [yang menurut beberapa rekan-rekan lebih ke motivasi politis], aku memikirkan betapa mungkin saat ini dia adalah orang yang paling gelisah menunggu kedatangan Adang.

Sebetulnya dari awal panitia juga sudah menduga betapa dengan jadwal Wakapolri yang sangat padat belakangan ini sangat sulit untuk bisa mendatangkannya dalam acara ini. Yah, memang selepas Adang dilamar oleh salah satu parpol untuk pilkada di Jakarta tahun depan, banyak daerah dan organisasi yang mencoba untuk mendatangkannya ke acara mereka masing-masing. Tapi, yang aku pikirkan saat itu bukan sosok UH ini, akan tetapi kasihan juga melihat ibu-ibu peserta yang harus menunggu hingga larut malam.

Akhirnya, untuk mencoba meramaikan suasana lagi, seorang anggota DPRD yang kebetulan hadir saat itu, Igo Ilham, didaulat untuk berbicara.

Untuk sementara acara masih terus berjalan. Tapi pikiranku saat itu masih mengembara liar. Apakah menjadi kaya adalah tujuanku? Well, aku tidak ingin menjadi munafik dengan menjawab tidak. Akan tetapi, apakah hanya itu tujuan hidupku. Lantas karena itukah aku ingin menjadi pengusaha? Apakah itu adalah sebuah harga mutlak?

Yah, tujuan tadi tidak salah. Hanya saja, aku masih merasa terlalu dangkal. Yang aku tahu selama ini aku mempunyai keinginan yang besar untuk mencoba sesuatu yang baru. Mungkin itu dahulu yang menyebabkan aku memilih konsentrasi Kendali di tahun ketiga kuliahku, untuk kemudian mengambil skripsi tentang Komputer di akhir kuliahku dan akhirnya malah terdampar di dunia telekomunikasi di saat bekerja. Mungkin itu pula yang membuat aku dahulu nyambi mengajar privat ketika masih memegang amanah organisasi, baik di kampus, organisasi alumni SMU dan asisten Lab. Atau malah mungkin itu yang menyebabkan aku keluar dari Siemens tempo hari untuk mencoba peruntunganku di Ericsson. Lalu ketika aku mempunyai keinginan untuk menjadi pengusaha, apakah itu karena aku ingin menjadi kaya atau itu hanyalah untuk memuaskan rasa keingintahuanku akan dunia itu?

Pertanyaan ini agak rumit dijawab. Tapi, orang bijak berkata bahwa hati nurani tak bisa dibohongi. Bisa melakukan sesuatu yang ingin dilakukan yang dengannya kita merasa potensi kita termaksimalkan adalah sebuah kenikmatan. Aku mendengar orang menyebut ini dengan aktualisasi diri. Menjadi kaya jika tidak dibarengi dengan kenyamanan dalam menjalaninya bukanlah sesuatu kenikmatan. Aktualisasi diriku menginginkan agar aku bisa bermanfaat semaksimal mungkin untuk orang-orang di sekitarku. Mungkin pengusaha adalah salah satu fase hidup yang akan aku jalani ke depannya, akan tetapi kalaupun Allah menghendaki yang lain aku akan tetap puas bila aktualisasi diriku akhirnya menemui tempatnya.

Lalu apakah pernyataan tadi salah? Hmm..rasanya pernyataan itu masih cukup relevan. Menjadi kaya mungkin adalah cara untuk bisa bermanfaat bagi orang banyak. Akan tetapi, mungkin kaya saja tidaklah cukup.

So, it is not just about the money...Life is more than that....much more...

Dan riuh ramai suara kendaraan yang menghampiri kemudian membuyarkan lamunanku. Sosok yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Pukul 22.45 WIB Adang Daradjatun menaiki podium. Well, malam tampaknya masih akan panjang….

Showreel Rumah Video

Testimonial tentang Audio Visual



Abu Sangkan – Trainer “Shalat Khusyu”
“Peran media audio visual sangat efektif dalam penyampaian da’wah-da’wah saya.”

Adha Muawiyah – Line Producer “Sinemart”
“ Video Company Profile sangat efektif dan efisien untuk memperkenalkan citra perusahaan kita lebih cepat. Klien maupun investor dapat lebih jelas mengetahui apa yang dia inginkan atau tuju pada perusahaan kita.”

Wuryanano – CEO PT Swastika Prima International, Direktur Lembaga Pendidikan Profesi SWASTIKA PRIMA Community College, Founder Super Mind Power Training, Penulis Buku Best Seller
“Dengan memiliki perangkat bisnis pada media Audio Visual ini, maka akan semakin meningkatkan performa bisnis dan perusahaan kita. Produk dan jasa kita pasti semakin bagus dalam pelayanan dan kualitasnya.”

Hidayatullah – Direktur PT Selaras Inti Prima Indonesia
“Media audio visual yang sangat efektif dalam membantu kinerja marketing kami, serta menjadi added value tersendiri untuk perusahaan kami.”

Note :
Alhamdulillah, materi untuk casing CD Showreel Rumah Video sudah selesai. CD ini sendiri berisikan portofolio produk-produk yang pernah kami hasilkan, mulai dari Video dokumentasi, Video profile, CD interaktif, Website, Clip&Commercial, Video Promo.Semoga bisa menjadi salah satu wahana untuk beramal lebih bagi kami. Terima kasih sebesar-besarnya kami haturkan untuk semua pihak yang dengan sukarela telah memberikan testimonialnya. Hanya Allah jualah yang bisa membalas-Nya.