Backpacker di Bandung (Eps.1)

Thursday, May 01, 2008


Mari coba berhitung. Dalam tempo satu hari kemarin, total lebih dari 10 angkot kami naiki selama perjalanan kami di Bandung. Dimulai dari Terminal Luwipanjang ke Kalapa , Kalapa ke Ledeng, Ledeng ke Subang, ke atas Tangkuban Perahu dan balik lagi ke Lembang, Lembang ke arah Cimahi, trus naik lagi ke arah Ledeng, turun dan naik lagi ke arah Rumah Strawberry, balek lagi ke arah Ledeng, dari Ledeng ke Cicaheum, turun di Dago naik ke arah Bandung Indah Plaza, dari BIP balik lagi ke tempat travel kami, Baraya, standby.

Backpacker. Itulah yang 2 hari kemarin saya dan tim Rumah Video coba lakukan. Memang sih kalau melihat dari lokasinya, belum bisa ditobatkan sebagai backpacker sejati. Karena tujuannya masih tergolong dekat, Bandung. Paling gak kemarin kami sudah mencoba untuk menjelajah Bandung dengan modal ngeteng saja, alias tanpa membawa mobil dan tanpa menginap di penginapan yang butuh dibayar.

Ide untuk petualangan ini dimulai ketika kami (saya, Taufik Hanas dan Acep Hidayat) bertemu di tongkrongan favorit kami beberapa minggu ini, Mie Ayam OK, di bilangan Tugu Depok. Tempatnya asyik untuk nongkrong lama-lama, karena nuansanya yang hommy, dengan pondok-pondok kecil dibangun di tanah yang cukup luas.

Nah, alkisah dari sekedar nongkrong-nongkrong itu, muncul ide untuk sekedar mencari suasana baru di luar Jakarta. Mengenai waktunya, diusulkan untuk berangkat Minggu dan balik Senin atau Selasanya. Wah, pas banget kebetulan bakalan cuti memang di hari Senin sampai Rabunya dari kantor sebagai TDB. Langsunglah mengiyakan. Setelah pertimbangan beberapa lama, akhirnya diputuskan tujuan yang simple, Bandung. Syaratnya, “no mobil” dan “no hotel”.

Hari minggunya, selepas menjadi panitia dan peserta di nikahan teman (Choi dan Iis-red), langsunglah sekitar jam 4 bersiap-siap untuk memulai perjalanan. Maksud hati tadinya akan naik travel dari Tanjung Barat, apadaya karena miscommunication akhirnya terpaksa naik bus dan turun di Terminal Leuwipanjang. Sampai terminal Leuwipanjang, kami harus menyambung 2 kali angkot, hingga akhirnya kami bertemu dengan penghuni calon tempat transit kami malam itu, Kamil. Janjian di Masjid Daarut Tauhid, lokasi kost Kamil ternyata memang tidak terlampau jauh dari Pondok Pesantren milik Aa Gym itu.

Sampai di kost-an Kamil, agak terkejut ketika menyadari mayoritas penghuninya adalah warga negara Turki, dan negara tetangganya seperti Turkmenistan dan Tajikistan. Rupanya kost-an itu memang diperuntukkan untuk mereka yang mendapatkan beasiswa dari Turki untuk melanjutkan pendidikan di Indonesia. Wah, bangga juga berarti Indonesia masih diperhitungkan sebagai salah satu tujuan pendidikan oleh warga negara asing. Rata-rata mereka yang ada di sana sedang dan akan menjalani pendidikan di kampus UPI (Universitas Pendidikan Indonesia).

Satu lagi yang menarik dari komunitas Turki ini, ukhuwah di antara mereka tergolong luar biasa. Masih ingat adegan makan bersama di satu loyang di film AAC (Ayat-Ayat Cinta)? Nah, disini kebiasaannya juga seperti itu. Biasanya untuk sarapan dan makan malam, mereka memasak sendiri makanannya dan akan memakannya beramai-ramai di satu wadah. Ritualnya, mereka akan menggelar beberapa lembar koran sebagai alas, dan menaruh wadahnya di sana. Kami beruntung di saat malam kedatangan kami itu kami bisa merasakan aroma persaudaraan itu, dengan tentunya menu yang aduhai, daging cincang, acar yang Subhanallah lezatnya, ditambah dengan kerupuk ikan yang seolah sudah jadi menu wajib mereka.

Sehabis sesi makan malam, kami para tamu disambut lagi dengan menu tambahan, martabak yang sekali lagi dimakan beramai-ramai. Nah, di sesi ini kami semuanya sama-sama saling memperkenalkan diri. Ada Yusuf dari Turki yang adalah mahasiswa yang sudah masuk ke semester 4 di UPI jurusan matematika. Dia tergolong penghuni yang paling senior di sana. Atau ada lagi Yusuf kedua yang baru sekitar 6 bulanan di sana, yang seorang guru di SMU Pribadi. Atau beberapa orang lagi yang baru beberapa bulan di Indonesia dan kini sedang belajar bahasa Indonesia sambil menunggu ujian penempatan mereka, untuk pilihan akademis. Senang juga bisa mendengar cerita-cerita dari saudara-saudara jauh seperti mereka.

Anyway, sayang sekali karena terlalu asyik bercerita kami sampai lupa untuk berfoto bersama dengan mereka. Tadinya, kami berpikiran masih ada hari esok. Sayang sekali, keesokan harinya kami akan segera mengetahui kalau pikiran kami itu belum akan kesampaian.

----Bersambung ke Eps.2, Insya Allah !! ----

0 comments:

Showreel Rumah Video

Testimonial tentang Audio Visual



Abu Sangkan – Trainer “Shalat Khusyu”
“Peran media audio visual sangat efektif dalam penyampaian da’wah-da’wah saya.”

Adha Muawiyah – Line Producer “Sinemart”
“ Video Company Profile sangat efektif dan efisien untuk memperkenalkan citra perusahaan kita lebih cepat. Klien maupun investor dapat lebih jelas mengetahui apa yang dia inginkan atau tuju pada perusahaan kita.”

Wuryanano – CEO PT Swastika Prima International, Direktur Lembaga Pendidikan Profesi SWASTIKA PRIMA Community College, Founder Super Mind Power Training, Penulis Buku Best Seller
“Dengan memiliki perangkat bisnis pada media Audio Visual ini, maka akan semakin meningkatkan performa bisnis dan perusahaan kita. Produk dan jasa kita pasti semakin bagus dalam pelayanan dan kualitasnya.”

Hidayatullah – Direktur PT Selaras Inti Prima Indonesia
“Media audio visual yang sangat efektif dalam membantu kinerja marketing kami, serta menjadi added value tersendiri untuk perusahaan kami.”

Note :
Alhamdulillah, materi untuk casing CD Showreel Rumah Video sudah selesai. CD ini sendiri berisikan portofolio produk-produk yang pernah kami hasilkan, mulai dari Video dokumentasi, Video profile, CD interaktif, Website, Clip&Commercial, Video Promo.Semoga bisa menjadi salah satu wahana untuk beramal lebih bagi kami. Terima kasih sebesar-besarnya kami haturkan untuk semua pihak yang dengan sukarela telah memberikan testimonialnya. Hanya Allah jualah yang bisa membalas-Nya.